Program-program
kewirausahaan
Indonesia adalah negara yang kaya sumber daya alam. Namun,
kekayaan yang dimiliki belum mampu menyejahterakan rakyatnya secara adil dan
merata. Meningkatnya angka kemiskinan dan pengangguran setiap tahun menjadi
indikator lemahnya daya saing negara ini di pentas global.
Maju dan mundurnya suatu bangsa ditentukan
kualitas daya saing ekonomi suatu negara. Setelah pada 2011 turun dua
peringkat, kini menurut laporan terbaru Global Competitiveness 2012-2013 World
Economic Forum (WEF), daya saing perekonomian Indonesia melorot hingga empat
level, yaitu berada di peringkat ke-50 dari 144 negara.
Peringkat tersebut jauh tertinggal dibandingkan
Malaysia yang menduduki peringkat ke-25, Brunei Darussalam (28), China (29),
dan Thailand (38).
Melorotnya daya saing perekonomian dalam negeri
salah satunya merupakan cerminan dari minimnya jumlah entrepreneur berkualitas
di negeri berpenduduk 240 juta jiwa ini. Karena itu, pemerintah harus lebih
menggenjot lahirnya para wirausahawan muda berkualitas agar mampu berkompetisi
di pentas dunia.
Beberapa kementerian mulai merealisasikan
program pembentukan wirausaha muda, seperti yang diimplementasikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian (Kemenko Perekonomian), serta Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil
Menengah (Kemenkop dan UKM).
Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan,
jumlah wirausaha di Indonesia saat ini masih terbilang rendah. Karena
itu,pemerintah kini bersifat agresif dengan cara memberikan pembiayaan melalui
usaha mikro, kecil, menengah (UMKM) dan kredit usaha rakyat (KUR) pada
pebisnispebisnis muda.
“Karena pada umumnya pengusaha-pengusaha besar
itu terlahir sebagai pengusaha UMKM dulu, makanya penting bagi kami
memperhatikan sarjana- sarjana baru supaya mau terjun jadi pengusaha,” kata
Hatta Rajasa saat memberikan kuliah umum di Universitas Pasundan (Unpas)
Bandung, Selasa, 30 Oktober 2012.
Hatta optimistis jika anakanak muda yang
memiliki kreativitas diberikan fasilitas, di antaranya pendanaan, mereka akan
bergerak cepat mengembangkan usaha karena sudah memiliki bekal pengetahuan yang
cukup menjadi wirausahawan.“ Jadi, kita harus memperhatikan pengusaha pemula,”
ujarnya.
Selain itu, untuk meningkatkan jumlah
wirausahawan agar semakin berkembang, keberadaan pengusaha kecil dan menengah
harus tetap diberdayakan, sebab mereka berpotensi menjadi pengusaha berkelas
internasional.
“Sementara pengusaha yang besar juga harus tetap
dijaga, agar tidak jatuh dan mampu meningkatkan daya saing perekonomian
global,” jelas Hatta.
Program-program tersebut merupakan upaya
pemerintah mencetak, memberdayakan, dan meningkatkan jumlah entrepreneur muda
agar semakin tumbuh. Hal ini dilakukan agar dapat mengurangi jumlah
pengangguran, sekaligus membuka lapangan pekerjaan baru.
Di samping itu, penciptaan entrepreneur baru
juga dimaksudkan untuk menjaga ketahanan ekonomi dari dampak krisis seperti
1998 dan 2008.
Di Kemendikbud, program untuk meningkatkan
jumlah wirausaha muda juga dilakukan dengan menggencarkan kurikulum berbasis
entrepreneurship. Di sejumlah perguruan tinggi sudah mulai diterapkan melalui
program khusus.
Berbagai seminar dan pelatihan kewirausahaan
kerap diselenggarakan bekerja sama dengan perguruan tinggi ataupun sekolah
kejuruan. Bahkan, kementerian ini juga mengalokasikan dana khusus bagi
mahasiswa yang ingin memulai terjun di dunia bisnis.
Sementara itu, Kemenkop dan UKM terus membangun
tempat pelatihan wirausaha bagi pelaku usaha muda. Target pengembangan tempat
pelatihan keterampilan usaha (TPKU) masih berjumlah 100 titik pada 2012, namun
tahun depan akan ditambah menjadi 150 titik.
“Kami ingin mempercepat realisasi pertambahan
wirausaha muda dari kelompok pelajar,” ungkap Deputi Bidang Pengembangan SDM
Kementerian Koperasi dan UKM Prakoso Budi Susetio dalam laman resmi Kemenko dan
UKM.
Upaya membentuk wirausaha muda tidak saja
dilakukan beberapa kementerian, tetapi juga dilakukan kalangan perbankan
seperti Bank Mandiri. Dalam programnya yang dikenal Wirausahawan Muda Mandiri,
salah satu bank BUMN terbesar di Indonesia ini berkeinginan menciptakan
tenaga-tenaga bisnis muda yang andal dalam berbisnis.
Latar belakang munculnya program ini adalah
sebagai jawaban dari realitas kemiskinan dan pengangguran yang merajalela di
dalam negeri. “Meski begitu,optimalisasi berbisnis kalangan muda harus
difokuskan pada pembangunan kapasitas bukan sekadar diberi modal usaha,
melainkan juga pendampingan seumur hidup. Memberikan mereka akses jaringan
untuk masuk komunitas usaha,” kata Direktur sekaligus Founder Pillar Business
Accelerator Lyra Puspa.
Target kaum muda untuk terjun di dunia usaha
adalah pilihan cerdas, sebab kemampuan mereka lebih dahsyat, energinya lebih
tinggi, dan lebih berani dalam mengambil keputusan bisnis. Karena itu,
penciptaan entrepreneur muda sebagai salah satu pilar perekonomian menjadi satu
jawaban tepat untuk bersaing di kancah global.
Maju dan mundurnya suatu bangsa ditentukan kualitas daya saing ekonomi suatu negara. Setelah pada 2011 turun dua peringkat, kini menurut laporan terbaru Global Competitiveness 2012-2013 World Economic Forum (WEF), daya saing perekonomian Indonesia melorot hingga empat level, yaitu berada di peringkat ke-50 dari 144 negara.
Peringkat tersebut jauh tertinggal dibandingkan Malaysia yang menduduki peringkat ke-25, Brunei Darussalam (28), China (29), dan Thailand (38).
Melorotnya daya saing perekonomian dalam negeri salah satunya merupakan cerminan dari minimnya jumlah entrepreneur berkualitas di negeri berpenduduk 240 juta jiwa ini. Karena itu, pemerintah harus lebih menggenjot lahirnya para wirausahawan muda berkualitas agar mampu berkompetisi di pentas dunia.
Beberapa kementerian mulai merealisasikan program pembentukan wirausaha muda, seperti yang diimplementasikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko Perekonomian), serta Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop dan UKM).
Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan, jumlah wirausaha di Indonesia saat ini masih terbilang rendah. Karena itu,pemerintah kini bersifat agresif dengan cara memberikan pembiayaan melalui usaha mikro, kecil, menengah (UMKM) dan kredit usaha rakyat (KUR) pada pebisnispebisnis muda.
“Karena pada umumnya pengusaha-pengusaha besar itu terlahir sebagai pengusaha UMKM dulu, makanya penting bagi kami memperhatikan sarjana- sarjana baru supaya mau terjun jadi pengusaha,” kata Hatta Rajasa saat memberikan kuliah umum di Universitas Pasundan (Unpas) Bandung, Selasa, 30 Oktober 2012.
Hatta optimistis jika anakanak muda yang memiliki kreativitas diberikan fasilitas, di antaranya pendanaan, mereka akan bergerak cepat mengembangkan usaha karena sudah memiliki bekal pengetahuan yang cukup menjadi wirausahawan.“ Jadi, kita harus memperhatikan pengusaha pemula,” ujarnya.
Selain itu, untuk meningkatkan jumlah wirausahawan agar semakin berkembang, keberadaan pengusaha kecil dan menengah harus tetap diberdayakan, sebab mereka berpotensi menjadi pengusaha berkelas internasional.
“Sementara pengusaha yang besar juga harus tetap dijaga, agar tidak jatuh dan mampu meningkatkan daya saing perekonomian global,” jelas Hatta.
Program-program tersebut merupakan upaya pemerintah mencetak, memberdayakan, dan meningkatkan jumlah entrepreneur muda agar semakin tumbuh. Hal ini dilakukan agar dapat mengurangi jumlah pengangguran, sekaligus membuka lapangan pekerjaan baru.
Di samping itu, penciptaan entrepreneur baru juga dimaksudkan untuk menjaga ketahanan ekonomi dari dampak krisis seperti 1998 dan 2008.
Di Kemendikbud, program untuk meningkatkan jumlah wirausaha muda juga dilakukan dengan menggencarkan kurikulum berbasis entrepreneurship. Di sejumlah perguruan tinggi sudah mulai diterapkan melalui program khusus.
Berbagai seminar dan pelatihan kewirausahaan kerap diselenggarakan bekerja sama dengan perguruan tinggi ataupun sekolah kejuruan. Bahkan, kementerian ini juga mengalokasikan dana khusus bagi mahasiswa yang ingin memulai terjun di dunia bisnis.
Sementara itu, Kemenkop dan UKM terus membangun tempat pelatihan wirausaha bagi pelaku usaha muda. Target pengembangan tempat pelatihan keterampilan usaha (TPKU) masih berjumlah 100 titik pada 2012, namun tahun depan akan ditambah menjadi 150 titik.
“Kami ingin mempercepat realisasi pertambahan wirausaha muda dari kelompok pelajar,” ungkap Deputi Bidang Pengembangan SDM Kementerian Koperasi dan UKM Prakoso Budi Susetio dalam laman resmi Kemenko dan UKM.
Upaya membentuk wirausaha muda tidak saja dilakukan beberapa kementerian, tetapi juga dilakukan kalangan perbankan seperti Bank Mandiri. Dalam programnya yang dikenal Wirausahawan Muda Mandiri, salah satu bank BUMN terbesar di Indonesia ini berkeinginan menciptakan tenaga-tenaga bisnis muda yang andal dalam berbisnis.
Latar belakang munculnya program ini adalah sebagai jawaban dari realitas kemiskinan dan pengangguran yang merajalela di dalam negeri. “Meski begitu,optimalisasi berbisnis kalangan muda harus difokuskan pada pembangunan kapasitas bukan sekadar diberi modal usaha, melainkan juga pendampingan seumur hidup. Memberikan mereka akses jaringan untuk masuk komunitas usaha,” kata Direktur sekaligus Founder Pillar Business Accelerator Lyra Puspa.
Target kaum muda untuk terjun di dunia usaha adalah pilihan cerdas, sebab kemampuan mereka lebih dahsyat, energinya lebih tinggi, dan lebih berani dalam mengambil keputusan bisnis. Karena itu, penciptaan entrepreneur muda sebagai salah satu pilar perekonomian menjadi satu jawaban tepat untuk bersaing di kancah global.
No comments:
Post a Comment